Kejadian ini terjadi pada masa saya masih jadi mahasiswa yang indekost di dekat kampus. Keluarga saya semuanya tinggal jauh. Pacar saya waktu itu mahasiswi satu kampus. Namanya Vivi. Dia lumayan cantik, toket 34C, dan berambut panjang sampai ke dengkul. Kami sudah pacaran sekitar enam bulan dan masih tahap cium-ciuman saja.
Suatu malam pintu kamar kos saya digedor. Saya yang sudah mau tidur membuka pintu dan Vivi langsung masuk. Katanya tempat kost dia sedang ada party, jadi cukup berisik dan dia tidak bisa istirahat. Aku membolehkan dia nginap semalam, dan memperingatkan bahwa hanya ada satu tempat tidur dan lantai terlalu dingin untuk ditiduriku. Dia bilang no problem, kita bisa tidur seranjang.
Ia meminjam salah satu t-shirt ku untuk tidur. Ketika ia kembali dari mengganti baju di kamar mandi, aku terkejut karena ia hanya memakai t-shirt tersebut. Terlihat jelas bahwa BH-pun tidak ia kenakan. Aduh! Ketika ia berbaring disisiku, kontolku langsung tegang. Saat itu aku hanya memakai oblong dan sarung, jadi ekstra-sensitif terhadap semua gerakannya.
Kami mencoba tidur. Lima menit berlalu. Akhirnya aku tidak tahan lagi. Dari belakang, tanganku mulai membelai paha Vivi dan mulai naik ke atas. Vivi yang agak setengah sadar tampaknya menikmati. Pantesan! Celana dalam juga tidak ia pakai. Aku segera memasukkan jariku ke lubang memeknya dan mulai memlintir-plintir kelentitnya. Ia terbangun dan menoleh ke wajahku.
“Mau berhenti?”, kutanya. Vivi menggelengkan kepala perlahan. Segera aku menciumnya. Dalam beberapa detik, kami berdua sudah telanjang dan saling memeluk dan meraba. Tanganku masih menggerayangi isi memek Vivi. Ketika Vivi bergetar, aku tahu bahwa ia baru mengalami klimaks. Perlahan-lahan aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya dan ia memekik pelan. Ia baru kuperawani.
Tanpa mempedulikan darah yang mulai menitik ke kasur, aku terus menggenjot Vivi perlahan dan lama-lama bertambah cepat. Ia mencoba menahan suara tetapi akhirnya tidak sanggup lagi. Ketika ia mulai berteriak, kudekap mulutnya dan kucabut kontolku. Aku balik badannya dan mulai menggenjot dari belakang. Kali ini Vivi menggigit bantal agar tidak berteriak. Badannya menggelepar setiap kali aku mencoblos memeknya sampai seluruh kontolku amblas ke dalam.
Kami terus mengentot sampai kira-kira dua jam. Baik memek Vivi maupun kontolku sudah merah. Akhirnya kami tertidur kecapaian.
Besok paginya, Vivi berganti pakaian dan keluar untuk pulang ke kostnya. Ia berjalan agak perlahan karena masih agak sakit. Demikian pula saya.
1583 Views |
Like