1281 Views |  Like

robi

Age when it happend: 26
Where it happened: rumah iparku
Langauge: indonesia
Sex: Male
Rating: 5
Category: Straight

kisah ini terjadi waktu aku disuruh menjaga rumah kakak iparku yang kebetulan sekeluarga sedang pergi ke luar kota. Selain aku yang menjaga rumah juga bapak mertuanya yang sudah tua serta seorang pembantunya bernama atik. Atik walaupun seorang pembantu tetapi kulitnya bersih dengan tinggi badan sekitar 165 cm dan umurnya sekitar 18 tahun. Aku sangat terangsang waktu melihat dia berlari mengambil jemuran dilantai atas rumah iparku, sebab waktu berlari itu dadanya berayun-ayun serta pantatnya bergoyang merangsang.Sejak itu aku memikirkan bagaimana caranya merasakan tubuhnya yang seksi.
Strategi mulai kususun, sambil nonton TV setelah mertua iparku tidur dikamarnya kupancing dia dengan pertanyaan sudah punya pacar? Tapi dia cuma tersenyum.Kemudian dia pamit mau tidur di kamarnya. Aku masih nonton TV sambil membayangkan nanti kalo sudah tidur aku akan masuk kamarnya.
Malam itu hujan lebat sekali dan petir beberapa kali menyambar. Lalu aku naik kelantai atas menuju kamar atik yang bersebelahan dengan kamar mertua iparku. Aku coba buka pintunya pelan-pelan tapi dikunci, saking ga tahannya aku mengetok pintu kamarnya perlahan supaya tidak terdengar oleh mertua iparku dikamar sebelahnya. Atik membuka pintu kamarnya dengan mata setengah mengantuk,
“Ada apa mas?”
“Tik, aku takut sendirian denger tuh petirnya kaya gini. temeni aku ya?”
Dia ragu sejenak, tapi aku paksa, “Ayolah aku ga bisa tidur nich, ngeri denger petir kaya gini, yuk.” Kataku lagi setengah memaksa dia.
“”Baik mas.” Katanya sambil terus mengikuti aku turun ke kamarku yang ada dilantai bawah.
Begitu masuk dikamarku, kusuruh dia naik ketempat tidur dulu yang mepet ketembok, sementara aku kekamar mandi dulu . Aku melepas celana panjang dan celana dalemku yang kutinggal digantungan baju kamar mandi, kemudian aku masuk lagi kekamarku setelah memakai celana pendek tanpa celana dalam.Kemudian aku naik ke tempat tidur.
“Mas tidur sebelah mana?” Tanya atik.
“Ya udah kamu disitu aja, aku disini,” jawabku sambil merebahkan diri disampingnya.
“Saya tidur dulu ya mas, sudah ngantuk nich.” katanya sambil membalikkan badan menghadap tembok kamar memunggungiku.
Setelah itu aku bisa memandanginya dari belakang tubuhnya. Dia memakai T-shirt warna putih yang tipis dan agak lusuh, tetapi punggungnya kelihatan tidak memakai BH. Mataku turun kebawah melihat dia memakai celana kolor tipis sehingga membayang celana dalamnya warna cream dari luar yang membuat aku makin terangsang.
Aku mendeket pelan-pelan ke punggungnya, kulihat lehernya yang putih bersih sambil kuhembuskan nafasku ke leher belakangnya. Dia diam saja mungkin memang sudah mengantuk. Aku makin terangsang tetapi tidak berani bergerak lebih jauh.
Tiba-tiba terdengar geledek menyambar.
“Duaaar!.”
Segera tanganku reflek memeluknya dari belakang.
“Takut tik.” Kataku diujung telinganya.
Dia hanya menggumam “Hmmm.”
Posisi seperti itu tidak bertahan lama, karena tanganku yang memeluknya menyentuh buahdadanya mulai kugerakkan jari tengahku perlahan mengelus buah dadanya dari luar. Dia diam saja. aku makin berani, kugerakkan lagi dua jari tanganku, jari tengah dan telunjuk mengitari putingnya. Kudengar nafasnya mulai memburu, tetapi dia diam tak bergerak. Aku makin berani lagi kusentuh putingnya dari luar dan kutekan dengan jari tengahku, dia hanya menggumam dan menggerakkan tangan kananya menutup wajah dengan lengannya.
Dalam posisi begitu makin memudahkan aku mengusap buahdada kanannya dari luar kaosnya. Kurasakan putinhnya mengeras, terus kuusap dan kutekan dari luar, yang kudengar nafasnya makin memburu.
Melihat dia bereaksi seperti itu aku makin berani, kuselipkan tanganku dari bawah kaosnya. Kuusap buahdadanya yang terasa kenyal sekali. Kuusap dari bawah buah dada terus melingkar pelan-pelan mendekati putingnya. Ketika kusentuh putingnya yang keras dan sedikit kutekan-tekan putingnya dia hanya menggerakkan pinggulnya seperti menahan rangsangan yang terjadi.
Hal itu membuatku terangsang. Dengan tangan kiriku kukeluarkan kontolku dari samping celana kolorku, kemudian kugesek-gesekkan kepantatnya. Diapun menggoyangkan pantatnya makin kebelakang. Aku makin ga tahan, kuremas-remas buahdadanya makin keras dan diapun makin mengguman tidak jelas.
Kemudian kutarik badanya agar terlenteng dan tidak memunggungiku lagi. Dia pasrah sambil lengan tangannya tetap menutup wajahnya. Kuangkat kaosnya sampai keleher, sambil tangan kiriku berganti meremas tetek kanannya. Sedang tetek kirinya kuserbu dengan mulutku. Lidahku mulai mencium dan menjilat tetek kirinya dengan ganas, dia mulai mencercau ga jelas yang diucapkan. Saambil kuisap puting kirinya tangan kananku melepas celana kolorku dan setelah lepas kutendang jatuh dari tempat tidur.
Tangan kananku mulai bergerilya masuk celana pendeknya melalui atas perutnya, kurasakan jembutnya yang lebat, kuturunkan lagi jari tengahku mencari kelentitnya.
Dan wow… kelentitnya kecil dan kusup-usap bibir vaginanya yang sudah basah. Gerakan pantatnya makin keras tidak karuan, kadang memutar kadang naik keatas menekan kontolku yang makin keras. aku makin semangat mengosok dan menekan kelentitnya sambil sesekali kuputar jariku mengelilingi bibir vaginanya.
Ketika kurasakan tangannya tiba-tiba meremas-remas rambutku sambil berguman jelas, ” Maaaaaaassssssss.” Aku tau dia akan orgasme. Tahu-tahu tanganku dijepit keras oleh kedua pahanya sambil menggoyangkan pantatnya dia mendesis, “Maaaaasss. Keluaaaaaaaar.” Makin kutekan kelentitnya dan dia makin kelojotan.
Kemudian aku mengangkat wajahku dari tetek kanannya mendekati wajahnya. Tangan kanannya meremas kuat rambutku sedang tangan kirinya mencakar punggungku. Kulihat wajahnya memerah dan matanya kelihatan bagian putihnya lebih banyak. Aku terpesona melihat pemandangan ini, apalagi gigi atas dan bawahnya digesekkan sambil menahan kenikmatan yang tidak terkira. Aku ga tahan lagi kemudian aku cium bibirnya yang setengah terbuka, tak kukira disambut dengan hisapan bibirnya dengan keras pula. Aku lumat bibirnya dengan keras dan ludah kamipun bersatu. Kurasakan dia mengangkat pinggulnya dan kutekan kelentitnya dengan jari tengahku, dia gigit bibirku replek aku lepas bibirnya.
Dia melenguh, “Muasssssssss.” Kemudian menurunkan pantatnya kembali ke kasur.
Aku tau dia sudah orgasme tetapi aku belum keluar. Maka kucium lagi bibirnya kali ini dengan lembut. Kuisap bibir atasnya lembut, kulepas kemudian kucium pinggir bibir kirinya dengan mesra, kuisap lagi, terus itu kulakukan untuk membangkitkan gairahnya lagi. Ternyata usahaku tidak sia-sia, sebab kurasakan tangannya yang tadinya hanya memeluk punggungku mulai meraba pantatku dan meremas-remas. Aku tau dia mulai naik lagi maka ciumanku mulai kutingkatkan lagi. Selain itu kaki kananku kunaikkan ke pangkal pahanya untuk menurunkan celana pendek sekaligus celana dalamnya. Dengan bantuan tangan kananku yang menurunkannya sampai ujung kakinya, ternyata dia juga ingin segera melepaskannya dengan berusaha menggerakkan kakinya. Bahkan ketika sudah lepas dari satu kaki dengan kaki satunya dia menendang celananya itu sehingga jatuh dari tempat tidur.
Aku tersenyum dan kulepaskan ciuman dibibirnya sambil kulihat wajahnya. dia membuka matanya sedikit dan melihatku tersenyum kemudian menutup matanya kembali. Malu. Tangannya meraih belakang kepalaku dan menekan kepalaku ke lehernya.
Kesempatan itu tidak kusia-siakan, kucium lehernya dan kubuat cupang merah dileher kirinya. Dia melenguh dan meremas pantatku lebih keras. Tanganku kemudian melepas kaosnya melalui leher. Dihadapanku sekarang tubuh putih telanjang yang mulai terangsang bergerak-gerak kekiri dan kanan setelah tetek kanannya mulai kuisap dan kubuat cupang merah disana. Apalagi ketika putingnya kuisap dan sesekali kugigit birahinya makin meninggi, terbukti dengan kasar tangan kanannya mencari kontolku disela-sela pahanya. Kemudian kontorlku diremas-remasnya dengan ganas. Aku makin terangsang, apalagi ketika putingnya kugigit-gigit kecil dia menggumam,”Massss, ennnnaaaak”.
“Enak sayang, akan kamu rasakan yang lebih enak lagi mau sayang?” Kutanya tapi dia tidak menjawab. Karena penasaran kelentitnya kuusap-usap lagi dan kutekan-tekan lagi, sedang tangan kiriku kembali meremas tetek kanannya dengan lebih keras. Dia menggoyangkan pinggulnya keenakan.
“Enak sayang?” kutanya lagi, tapi dia tidak menjawab hanya gerakan pinggulnya makin keras. Untuk menggodanya tiba-tiba kuangkat tangan kananku dari kelentitnya dan tangan kiriku berhenti meremas tetek kanannya.
Dia sadar dan membuka matanya kebingungan, mungkin sedang terangsang tiba-tiba berhenti. aku bertanya lagi sambil memandang wajahnya, “Enak sayang?”
Dia bingung, mungkin antara terangsang tapi melihat aku jadi malu, hanya dia menganggukkan kepalanya. Aku kurang puas, kusentuh sedikit kelentitnya tapi tidak kutekan, dan kuulangi lagi pertanyaanku “Enak ga? jawab dong.” Mungkin karena takut terhenti rangsangannya dia menjawab pelan dan malu-malu “enak, mas.”
“nah gitu dong kalo ditanya dijawab.” kataku sambil menekan lagi kelentitnya, sedang tangan kiriku mulai meremas lagi tetek kanannya. Kontolkupun mulai kugosok-gosok kebibir vaginanya, sehingga dia meremas-remas pantatku lebih kencang lagi.
Sambil memandangi matanya yang terpejam, kutanya lagi,”kamu pernah ngerasa yang enak seperti ini ga?” Lagi-lagi dia hanya menggeleng. Maka kuhentikan gerakan tanganku sambil berkata “jawab dong!”
Dengan mata terpejam dia menjawab seolah-olah takut kehilangan, “belum mas, belum pernah”.
Kemudian gerakanku kuteruskan lagi dengan lebig cepat sambil kutanya lagi, “waktu perawanmu hilang dulu gimana?”
Setengah terkejut dia membuka matanya, tapi tanganku tidak kuhentikan malah remasan diteteknya malah kuperkeras. Dengan agak ragu dia berkata,”ga seenak sekarang mas.”
“Yang bener. Lebih enak mana, dengan pacarmu atau sekarang?” Tanyaku lagi dengan makin menekan kelentitnya dan menekan putingnya yang makin mengeras.
“Iya mas, bener lebih enak ini.” Jawabnya sambil memejamkan matanya.
“Kenapa lebih enak ini?” tanyaku.
“Klo dengan pacarku dia keluar sudah selesai, dengan mas aku sudah keluar mas masih terus.” Jawabnya sambil meremas pantatku lebih keras. Kemudian kuisap lagi teteknya yang kiri dan kanan bergantian. Sampai dia tidak tahan lagi dan berkata,”Masukin masss.”
“ya, ntar dulu dong” jawabku menggoda.
“Masukin mas, aku ga tahan lagi.”
“Iya aku masukin, tapi kamu harus buka matamu”. Jawabku lagi.
Kemudian ia membuka matanya dan membuka pahanya lebar-lebar. Pelan-pelan kumasukkan kontolku sambil tanganku meremas dua teteknya sekaligus. Ketika masuk terasa hangat memeknya dan kulihat matanya membelalak. Kemudian dia tutup mata lagi menikmati kontolku yang mulai kukeluarkan dan kumasukkan pelan-pelan berirama. Dia makin terangsang dan menjepitkan pahanya kepinggangku sambil menggoyangkan pantatnya keras-keras.
“buka matamu sayang.” Kataku memintanya.
” sebentar massss. Lagi enakkkk.” Dia menjawab sambil tetap munutup matanya, malah sambil mulai mengisap tetekku.
Gerakanku makin kupercepat dan kuremas teteknya lebih keras.
“Buka matamu, lihat dengan siapa kamu main sekarang.” perintahku lagi.
“ohhhh, mas. terusss, enak mas.” Jawabnya tanpa membuka mata sambil menikmati.
“Kalo ga buka mata aku berhenti nich.” ancamku
“Jangan berhenti masssss. Enak masss.” Katanya sambil mempererat jepitan pahanya dipinggangku.
Tapi gerakanku kuhentikan. Dia kaget dan dengan pandangan mata yang memelas berkata, “Masss..”
“Jangan tutup matamu.” Kataku sambil mulai menggerakkan lagi kontolku keluar masuk.
Takut aku berhenti lagi dia memandangku sayu sambil menggerakkan pantatnya lagi. Kupercepat lagi gerakannku dan sambil kuremas dadanya. Aku makin terangsang lalu kucium juga bibirnya yang sedikit terbuka. Terasa kenyal dan kuselipkan lidahku ke langit-langit mulutnya. Dia juga dengan ganas mengisap lidahku. Kemudian ganti dia yang menjulurkan lidahnya dan kuisap juga lidahnya. Terus begitu bergantian.
Ketika aku mulai merasa akan keluar kupercepat gerakanku sambil kuremas pantatnya dengan satu tanganku yang kuselipkan. Dia tahu aku akan keluar, makin cepat gerakan pantatnya. “Cepat mas. Aku mau keluarrrr.”
“Aku juggggga.”
Gerakanku makin menggila. Dia menggigit pundakku, mencakar punggungku dan meremas pantatku dengang keras, “keluarrrrrrrr,mas.”
“Sebentar kita bareng.” Jawabku sambil mempercepat lagi pinggulku naik turun. Dan “Crooot, Croot, crot.”
Aku dan dia keluar bareng. Lemas rasanya, tapi nimkat tiada tara.

Processing your request, Please wait....
  • 0 - very bad experience 10 - very great experience