Where it happened: Jakarta
Langauge: indonesia
Sex: Male
Rating: 5
Category: Straight
Cinta Seorang Gigolo
Aku berasal dari keluarga kurang mampu. Untuk menutupi kebutuhan kuliah dan makan sehari-hari, aku memiliki pekerjaan sampingan. Sudah 3 tahun ini aku bekerja menjadi teknisi di fitness centre. Tugas utamaku merawat dan memperbaiki peralatan fitness pada malam hari setelah tutup pada pukul 22.00. Tugasku berakhir esok paginya jam 6.00 setelah menandatangani serah terima pekerjaan dengan instruktur yang tugas pagi itu. Dalam ruang fitness aku bekerja sendiri dan bila ada waktu senggang aku memanfaatkan peralatan fitness untuk olah raga. Berkat latihan terus menerus, badanku menjadi berkembang dan berotot.
Intruktur wanita di fitness yang biasa datang pagi hari adalah Linda Kim, berusia sekitar 35 tahun, keturunan cina, orangnya ramah dan ia menjadi bossku. Dari dia aku diajari merawat peralatan dan cara menggunakan dengan benar. Hubunganku dengan Linda sangat akrab karena saling bergantung pada hasil pekerjaan. Hanya satu hal yang tidak pernah aku ketahui yaitu mengenai keluarganya. Wajah Linda biasa saja, cuma bodinya cukup menarik dengan lekuk tubuh tanpa lemak. Kulitnya bersih, halus, putih, hidungnya sedikit mancung, pinggul besar dan badan sintal.
Aku telah merampungkan tugas dan sedang latihan beban ketika Linda datang. Rutinitas yang ia lakukan adalah memeriksa peralatan di ruang fitness dan menjajalnya. Pagi itu Linda dengan senyum ceria duduk bersila disampingku. Dia ngobrol mengenai peningkatan layanan melalui kedekatannya dengan pelanggan. Setiap waktu tertentu, Linda mengunjungi rumah pelanggan tetapnya. Sampai akhirnya Linda berceritera mengenai ibu-ibu kaya pengunjung fitness yang butuh laki-laki sebagai teman tidur sesaat. Aku semakin serius mendengarkan cerita Linda dan ada rasa tidak percaya meskipun penisku ikut bangun. Linda mengajakku bisnis bersama dalam memenuhi hasrat sex ibu-ibu kaya. Syaratnya aku harus menguasai teknik melayani dan memuaskan sex. Padahal berpacaran saja aku belum pernah, paling banter pengalaman onani. Saking percaya pada Linda, aku menyatakan bersedia, kemudian aku menjabat tangannya, “Cuma aku tidak tahu belajar sex pada siapa Cik Lin?”. Aku memanggilnya demikian.
Tiba-tiba Linda memelukku dengan berbisik “belajar pada aku Wan..”. Aku kaget mendapat pelukan wanita yang selama ini belum pernah aku rasakan. Badanku menggigil keluar keringat dingin dan bengong tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Dalam pelukan Linda, badanku direbahkan ke lantai, hidungnya menyentuh hidungku, kemudian bibirnya mengulum bibirku. Pikiranku seperti melayang. Libidoku berkobar…. aku menyambut dengan antusias. Satu persatu baju Linda dan bajuku lepas dari badan. Ganti aku memeluk Linda, rasanya aku tidak ingin melepas pelukan pada Linda, jiwaku bagaikan memasuki dunia baru, nikmat. Linda membibingku tanpa kata agar aku mencium tengkuknya, leher bawah telinga, dagu dan cara memainkan buah dada serta putingnya. Ia membalikkan tubuh menyodorkan punggungnya, pantatnya untuk ditelusuri dengan lidahku dan akhirnya membalikkan badan menyodorkan vaginanya. Ia memintaku mengendus mulai dari lutut, kemudian perlahan naik dan akhirnya ke bibir vagina. Ia membimbingku agar lidahku menemukan kelentit daging kecil yang membengkak dalam vagina untuk dihisap halus. Tidak berapa lama Linda mengejang dan mengerang dan tangannya menekan kepalaku ke vaginanya. Kepalanya bergerak ke kanan dan kekiri. Aku kaget aku kira dia kesakitan. Ternyata bukan, itu merupakan puncak kenikmatan.
Setelah satu tahap berlalu, tangan kanannya membimbing penisku masuk ke vaginanya. “Pelan-pelan…Wan…” katanya. Ketika kepala penis masuk ke bibir vagina, tiba-tiba ada desakan yang sulit aku bendung, menyemprotlah cairan dari ujung penisku. Aku bobol, banyak dan banyak sekali seolah menyemprot tiada henti. Barangkali karena sudah lama aku tidak onani. Aku kaget, aku tidak ingin mengotori vagina Linda, sehingga penisku aku cabut. Semprotan itu malah liar mengenai karpet, muka, dada dan perut Linda. “Tidak apa Wan…. karena ini pengalamanmu pertama”. Begitu dengan sabar Linda mengajariku. Kemudian Linda kembali membimbing penisku yang masih tegak berdiri masuk ke vaginanya lagi. Semula terasa geli, setelah semua masuk ke dalam, secara bertahap instingku menggerakkan penis dengan cara memompa secara perlahan agar Linda tidak kesakitan. “Lebih cepat Wan…. ooohhhhh……. ter……uuussss…….”. Kata-kata Linda menyadarkan agar gerakanku semakin cepat. Aku merasakan kenikmatan, inilah surganya dunia. Vagina Linda berdenyut…berdenyut…. dan dindingnya mencengkeram kuat. Lebih nikmat dari onani. “…..aaaaauuuuuhhhhhhhh……..aauuuhhhhhh…..” Linda mengerang-erang dan mengangkat pinggulnya lebih tinggi seakan meminta penisku menghujam lebih dalam. Aku baru tahu erangan Linda adalah erang kenikmatan. Pinggul Linda berputar-putar menginginkan penisku mengusap dan mengenai seluruh dinding vagina dari segala arah. Daging kecil yang tadi aku hisap kini terasa ikut bergerak kesana-kemari mengikuti gerakan penisku. Erangan Linda semakin kuat manakala kepala penisku mengenai daging kecil itu. Aku semakin tahu apa yang harus aku lakukan pada daging kecil itu melalui kepala penisku. Kedua telapak anganku ditarik Linda untuk meremas buah dadanya. Ketika aku mulai merasakan penisku membesar tanda akan keluar cairan, aku segera menggerakkan maju mundur semakin cepat. Tiba-tiba Linda sekali lagi mengerang panjang dan menarik punggungku ke dadanya. Aku dipeluk kuat sekali. Terasa denyut di vagina Linda ikut membobol semprotan maniku. “aaaooohhh……. hahhh…ahhhh….”.
Pengalaman pertama itu diikuti dengan pengalaman kedua…… ketiga dan seterusnya. Setiap hari Linda datang lebih pagi dan menjelaskan dari buku sex dan video yang dia bawa cara-cara memuaskan wanita. Setelah belajar 1,5 bulan dan praktek setiap hari, kini aku menjadi lelaki matang dalam hal sex wanita. Ada rasa yang tumbuh dalam jiwaku rasa tambah sayang pada Linda, aku ingin selalu dekat dengan dia, tapi Linda menolak “Itu bahaya Wan… buat masa depanmu”. Akhirnya pada suatu hari ketika aku sedang di kampus, Linda menelponku. Dia menanyakan apakah aku siap melayani seorang Ibu di hotel B. Bila ya, Linda akan mengantarku. Aku ragu, karena aku telah jatuh cinta pada Linda. Linda membesarkan hatiku, dia katakan cinta tidak harus diwujudkan dalam perkawinan. Dia akan setia padaku. Akhirnya aku menerima sarannya dan dia menjemputku. Dalam perjalanan ke hotel, Linda berpesan, sebagai gigolo yang profesional aku harus merahasiakan klienku apapun yang terjadi.
Sesampainya di kamar yang dituju, aku kaget, karena ibu setengah baya yang menunggu itu adalah pemilik fitness, wajahnya ayu tapi gendut. Beberapa kali aku pernah menyapanya. Sepeninggal Linda, aku diajak mandi di shower air hangat. Mulai aku mempraktekkan ajaran Linda dari buku bimbingan sex serta teknik dalam video. “Aku harus melayaninya dan tidak boleh mengecewakan, karena aku sudah dia bayar….. begitu prinsip ajaran Linda”. Sambil memeluk tubuh gendut itu aku memberi kata pujian pada wajahnya yang ayu, kulit halus dan rambut hitam panjang lebat dengan potongan trendy. Sambil kupeluk dibawah guyuran air hangat, aku mulai mengelus punggung, leher, muka dan tidak kalah penting buah dadanya yang besar tapi tidak mengkal lagi. Setelah puas dengan permainan lidah dan bibir serta remasan di seluruh tubuhnya, nafas Ibu Widia (nama samaran) mulai tidak beraturan, matanya setengah terpejam, aku bimbing dia ke tempat tidur.
Aku mulai dengan menciumi ujung jari kakinya, perlahan aku jilati naik ke atas betis dan naik lagi ke paha. Beberapa kali Ibu Widia menarikku agar memulai senggama. Seperti ajaran dalam buku Linda, aku harus menahan diri dan membuat sampai Ibu Widia meminta-minta segera dilakukan senggama. Ternyata benar ketika rangsangan masih aku lakukan dalam lipatan bibir vagina untuk meraih gelembung daging sebesar kacang tanah dengan lidahku, Ibu Widia sudah uring-uringan meminta aku segera memulai. Akhirnya penisku menguak vaginanya setelah pantatnya aku ganjal bantal. Cara ini aku lakukan agar vagina Ibu Widya sedikit menonjol lebih tinggi karena perutnya cukup besar. Baru saja gerakan maju mundur dilakukan beberapa kali, pinggul Ibu Widya terangkat dan dia mengerang “hah….. ssttt…..ooohh…. ohh….aahhhh ….aaahhhhhh….ssstttt….aahhhhh…. ter….uussshhhhh……teru..u..u..ssss” kemudian dia memeluk erat tubuhku. Saking kuatnya meremas, kuku tangan Ibu Widia mengores punggungku. Seperti ajaran Linda, setelah Ibu Widia mencapai orgasme, aku harus mengakhiri permainan ini meskipun maniku belum keluar. Aku harus membuat suasana persenggamaan menjadi santai kembali menuju normal. Setelah itu barulah babak kedua boleh dimulai. Aku ciumi Ibu Widya, aku elus buah dadanya dan punggungnya.
Begitu selanjutnya pekerjaanku disamping menjadi teknisi fitness biar bisa dekat Linda, sekarang profesiku bertambah menjadi gigolo. Uang tabunganku menjadi banyak dan aku bermaksud meminang Linda. Beberapa wanita berbagai usia telah menjadi pelangganku. Satu hal yang belum berhasil, aku mengawini Linda. Aku yakin suatu saat nanti hati Linda luluh dan bersedia menerimaku menjadi suami yang sesungguhnya.
===$$$===