4234 Views |  2

Rambut Panjang Mamaku

Age when it happend: 23
Where it happened: My House
Langauge: Malay
Sex: Male
Rating: 5
Category: Straight

Rambut Panjang Mamaku
Salon di ujung jalan itu adalah salon yang dikelola Mamaku, sedangkan rumahku ada di belakangnya. Sejak Papaku meninggalkan kami berdua, menikah lagi dengan wanita lain, maka Mamaku mengelola salon itu sebagai penopang hidup kami. Ketika itu saya masih mahasiswa tahun kedua, dan usia Mamaku sekitar 50 tahun. Mamaku cantik, ada keturunan Tionghoa dari Nenekku, sehingga kulitnyapun kuning bersih. Mamaku tidak begitu tinggi, kira-kira 15 cm. Di sekitar rumahku, Mamaku menjadi buah bibir orang-orang, karena kecantikan dan keramahannya. Salon Mamaku mengkhususkan diri pada perawatan Spa dan menyediakan pakaian tradisional (terutama Jawa dan Sunda).
Suatu saat, secara tidak sengaja, saya mendengar beberapa orang yang sedang nongkrong di depan rumah, membicarakan Mamaku. “Yah, kalo kamu sih ga akan masuk hitungan, John. Mana laku kamu naksir Bu Rosa. Kerjaan juga ga gableg, hahaha..”. “Halah, dari pada kamu, Cuma bisa berkali-kali nelan ludah, sambil matamu melotot kalo Bu Rosa lewat”, yang lain menjawab. “Iya, heran aku, usianya sih mungkin 40-an ya(mereka tidak tahu kalau Mamaku sudah 50 th usianya), tapi body-nya, bohay banget”. “Kamu sih belum tahu. Aku kan lihat sendiri, waktu Bu Rosa rambutnya terurai. Alaaa mak, cantik banget. Udah kultnya putih, kontras banget ama rambutnya yang hitam panjang, hahaha…ga tahan ga tahaaannn…”. Karena waktu itu jam 8 malam, jadi mereka tidak melihatku berjalan di dekatnya, ke warung beli rokok. Mereka adalah tetanggaku, yang baru ngobrol, sepulang kerja.
Celotehan mereka di atas, menggambarkan bagaimana Mamaku dikagumi oleh banyak orang, karena cantik dan keramahannya. Makanya orang heran, ketika Papaku meninggalkan Mamaku dan pindah ke kota lain. Hanya karena urusan bisnislah yang menyebabkan Papaku terpikat oleh janda muda di kota B. Sejak 5 tahun yang lalu, kami hanya hidup berdua, dengan bisnis salon kecantikan di kota S ini. Banyak sebetulnya orang yang mencoba memikat Mamaku, tapi sepertinya Mama sudah patah arang, takut tertipu lagi oleh lelaki, apalagi kesibukannya di salon menyita banyak waktunya. Jadilah saya penjaga janda cantik yang sekaligus tangan kanan mengelola bisnis salon Mama.
Sosok Mama, body-nya mulus dengan detil tubuh yang terawat rapi, bersih. Maklum sebagai pengelola salon, tentunya Mama harus tampil sempurna. Yang menjadi penambah pesonanya adalah geraian rambutnya yang lebat, hitam mencapai pahanya. Sebagai perempuan Jawa, Mama sangat telaten memelihara rambutnya yang lebat itu. Begitu lebatnya, sehingga jika digelung, Mama tidak perlu pakai cemara(rambut tambahan). Kalau pas Mama berkebaya dan dandan memakai konde, betul-betul semlohay, sampai-sampai saya kagum akan kecantikan dan bagusnya tubuh Mamaku yang terbungkus kebaya dan kain batik (bhs. Jawa : jarit). Luwes, pantes dan bahenol banget…..
Suatu sore, Mamaku berdandan cantik dan wangi, dengan make up-nya yang seronok untuk orang seusia Mama. Bokongnya bahenol banget, terbungkus kain batik yang ketat. Gelung kondenya yg besar terlihat sexy menghiasi rambutnya yang disasak. Bau harum hairspray-nya, masih memenuhi ruangan, ketika Mamaku melangkah keluar, karena sudah dijemput temannya. Ooohhh, tiba-tiba menggelegak di dalam tubuhku, gairah aneh, yang selama ini selalu mengejarku. Timbul tenggelam bersama waktu kedewasaanku. Sering gelora aneh itu terasa mendorong hasratku, ketika aku memeluk Mama, pada saat kami berbincang di ruang tamu. Bahkan bukan sekali, aku sengaja mencium pipi Mama, tapi dengan kecupan yang dalam. Mamaku biasanya hanya mengerling pura-pura marah, kalau itu kulakukan. Bahkan aku pernah memeluk Mama dari belakang, ketika Mamaku ulang tahun dan itu pelukan hadiah di pagi hari. Saat itu batangku tiba-tiba mengeras, menghirup aroma rambut Mama yang baru selesai dikeringkan setelah keramas. Mama mungkin tahu, tapi mendiamkan saja, ketika merasa ada benda keras menempel di pinggulnya. Momen-momen tsb berlalu begitu saja, seolah-olah malah menimbun gelegak birahi, tanpa ada yg berusaha untuk mencegah.
Malam itu, kebetulan saya di rumah sendiri. Para pegawai, asistennya Mama, sudah pulang. Saya menunggu Mama pulang sambil merokok dan nonton TV. Kira-kira jam 10.00 malam, terdengar suara mobil di jalan depan. Suara Mama mengucapkan terima kasih karena dihantar pulang oleh teman2nya. Saya tahu, beberapa teman Mama kadang2 suka genit, mencoba-coba menarik perhtian Mama. Suara selopnya yang tinggi terdengar di lantai beranda depan. Saya buru2 berdiri, membukakan pintu. Memang bukan sekali itu saja, saya melihat Mama dengan pakaian yang seronok, pulang dari acaramalam hari. Tapi malam itu saya merasakan agak lain. Senyum Mama tampak dikulum, seperti menggoda, sambil bertanya :”Kenapa Har (namaku Harry) , kok kamu seperti orang heran ? Mama cantik ya, kok kamu memandangnya seperti terpesona begitu ? Hihihi….”. Mamaku tertawa genit, menggoda aku. Kami memang sering becanda, karena hanya kamilah yang berada di rumah yang cukup besar itu. “Iya Ma. Aku melihat Mama cantik sekali malam ini. Tapi, seronok sekali, sampai-sampai Harry mengira “tante” dari mana ini ?”. Mama lewat di depanku dengan bau parfumnya yang merangsang birahi lelaki. Sangat sensual, yang bahkan aku anak kandungnya saja, tiba-tiba merasakan batangku menegang.
Mama malam iti benar-benar seperti wanita Jawa yang bisa menggoda iman lelaki manapun. Gelungnya yang besar, mengundang keinginan untuk menciuminya, Apalagi Mama hanya memakai rambut aslinya, dan hanya sedikit memakai sumpalan rambut palsu. Kebayanya yang ketat, menonjolkan lekuk tubuh setengah bayanya, akan membuat mata lelaki menahan nafas melihatnya. Matanya redup mendayu, dengan sorot yang bisa meruntuhkan tembok hati sekuat apapun. Aku duduk di lantai dihadapan Mama, dan mencopot selop tingginya. Mama minta aku mengurut kakinya, karena lelah memakai selop tinggi. Aku mulai mengurut kaki Mamaku yang mulus, berisi. Memang malam itu aku lagi horny, karena kebetulan beberapa hari ini melek sampai malam, mengerjakan tugas kuliahku. Maklum sebagai mahasiswa arsitek, aku mulai banyak tugas. Saat itu, Mamaku merasakan pijatanku dengan nikmat, karena kelelahan memakai selop berhak tinggi, terlihat matanya setengah tertutup dan mendesis-desis, “Aduuhh Gus, enak banget lho pijatanmu. Mama lelah sekali…”. Tak lama kemudiansambil masih duduk, Mama melepas kebayanya, hanya tinggal korset hitamnya yang ketat menahan montoknya buah dadanya. Seperti bola karet, yang tersekat pada keranjang yang sempit, karena nenen Mamaku seolah mau terdesak keluar. Kedua lengannya terangkat ke atas, bulu ketiaknya yang halus rata, tampak di latar belakangi oleh kulitnya yang kuning. Uhhh, kepingin aku, anaknya yang nakal ini menjilatinya…Pusing aku jadinya…..
Kemudian Mamaku mulai melepaskan sanggulnya, dengan gemulai yang tidak dibuat-buat, karena memang sebetulnya hal seperti itu sudah merupakan aktivitas rutin. Mama melepas satu-satu jepitnya, melepaskan sedikit rambut tambahan, dan menggeraikannya di depan tubuhnya. Aku menahan nafas ketika rambut itu mulai terjuntai di pahanya, yang masih memakai kain jarit. (bersambung)

Processing your request, Please wait....
  • 0 - very bad experience 10 - very great experience